To View Manliness

by 06.17 0 komentar

Perspektif merupakan cara pandang, perspektif itu beragam, dalam melihat manliness atau kepriaan juga memiliki ragam perspektif. Umumnya, untuk mempermudah pemahaman akan sesuatu maka perlu dihadirkan lawan dari sesuatu itu, dalam hal ini ada dua asumsi mengenai lawan dari manliness yang dari masing-masing asumsi ini akan dibangun karakteristik manliness yang berbeda. Dua asumsi itu adalah (1) womanliness sebagai lawan dari manliness dan (2) childishness sebagai lawan dari manliness.

Asumsi pertama: womanliness atau kewanitaan sebagai lawan dari manliness menjadikan karakteristik manliness yang terbangun adalah model manliness yang lebih terfokus kepada hal-hal luaran. Apabila manliness dilawankan dengan womanliness maka perlu menentukan hal-hal yang lakik banget dengan melihat dari pengalaman perempuan: apabila perempuan menikmati atau mengerjakan berulangkali hal tersebut maka hal itu akan dianggap tidak lakik atau tidak jantan atau tidak manly. Menjahit, merajut, memasak, menyapu, mencuci piring, memomong bayi akan menjadi korban dengan dianggap sebagai hal yang tidak manly.

Asumsi kedua: childishness sebagai lawan dari manliness adalah asumsi yang dibangun di atasnya –menurut berbagai pengamat manliness– karakter-karakter manliness yang sepatutnya diperjuangkan. Terdapat sebab mengapa manliness seharusnya dipandang sebagai lawan dari childishness, yaitu manliness yang terbangun akan berfokus terhadap pembangun karakter pribadi: nilai-nilai yang dianut, prinsip, dan keteguhan dalam memperjuangkan dalam menjadi pria atau man atau yang diistilahkan dengan inward development atau perkembangan dari dalam diri. Selain itu, manliness yang terbangun juga tidak akan melupakan kemampuan-kemampuan luaran atau outward development yang dapat digunakan untuk menjalankan peran seorang pria yang telah terbangun oleh inward development tadi. Contohnya, anak kecil adalah sosok yang membutuhkan perlindungan maka pria adalah kebalikannya: ia memberikan perlindungan, seorang laki-laki yang berjuang untuk menjadi pribadi yang mampu melindungi dengan menanamkan karakter seperti resiliensi/ketahanan, kecekatan dalam menghadapi tantangan, ketenangan menghadapi krisis, hal-hal ini adalah inward development, kemudian seorang laki-laki akan menyadari bahwa tidak cukup hanya dengan karakter ia dapat melindungi orang yang ia kasihi, ia memerlukan kemampuan bela diri, kemampuan untuk membenarkan atap rumah, kemampuan untuk bertahan hidup di luar rumah, pemahaman akan listrik dan apa yang harus dilakukan ketika ada hal darurat, dan berbagai hal yang merupakan kemampuan luaran dan hal ini adalah outward development. Keduanya ini adalah target dan karakteristik dari manliness yang dibangun di atas dasar asumsi bahwa manliness atau kepriaan adalah lawan dari childishness atau keanak-anakan.

Men’s Stream dalam seluruh tulisan mengenai kepriaan akan menggunakan pendekatan yang kedua sebab pendekatan kedua inilah yang dapat menghasilkan pria atau man yang lebih baik. Kita tidak pernah menyebut laki-laki yang tidak bertanggung jawab dan suka hanya bermain-main dengan “dasar kamu wanita!” melainkan “dasar kamu seperti anak kecil saja!” yang hal ini secara alam bawah sadar kita lakukan membuktikan bahwa sejatinya kita melihat kepriaan sebagai lawan dari kekanakan namun kita justru membingkai dalam alam sadar kita bahwa kepriaan sebagai lawan dari kewanitaan yang dalam hal ini menjadikan laki-laki memandang wanita sebagai sesuatu yang inferior.
Padahal, baik laki-laki ataupun perempuan perlu memiliki karakteristik inward dan outward yang berkualitas tinggi dalam berkehidupan meskipun pada prosesnya laki-laki dan perempuan menempuh jalan pengalaman dan pembelajaran untuk menjadi pria sejati dan wanita sejati yang berbeda sehingga hasilnya pun berbeda. Brett McKay, seorang pengamat manliness, menganalogikan bahwa laki-laki dan perempuan yang mengejar perbaikan diri itu bagaikan satu lembar musik dengan notasi yang sama namun dimainkan dengan instrumen yang berbeda: hasilnya berbeda namun bukan berarti yang satu lebih baik dari yang lainnya bahkan keduanya dibutuhkan agar menjadi harmoni dalam tatanannya.

So, kesimpulannya, manliness atau kepriaan seharusnya dipandang sebagai lawan dari childishness atau keanak-anakan sebab pandangan ini akan membangun manliness yang berorientasi perkembangan terutama pada kualitas internal diri seorang laki-laki tanpa melupakan kualitas eksternal tentunya yang berubah dari anak kecil yang hidup selalu membutuhkan menjadi pria yang hidup siap dibutuhkan. Jadi, mulailah kembangkan dirimu sebagai pria dari hal ini dan jadilah pria, dunia menunggumu!

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar